Saturday, October 4, 2014

FARMER MARKET

Sabtu siang, sekitar jam 11.30-an di tanggal 4 Oktober tahun 2014, papa dan mamaku mengunjungi farmer market. Kata mamaku, mumpung farmer market masih diadakan di outdoor, mama dan papa menjadwalkan untuk datang siang itu. Saat papa dan mama berada di situ, angin bertiup lumayan kencang dan sering. Jadi, dingin pun mulai terasa di badan. Papa dan mama kemudian memutuskan tidak berlama-lama berada di situ. Melihat aktifitas pedagang dan pembeli di farmer market memang selalu menjadi keasyikan tersendiri. Mengamati aneka produk organik yang dijual disitu rasanya memang menyenangkan. Banyak sayur dan buah yang dijual para pemilik kebun tanpa melalui perantara alias langsung. Ya ... Konsep farmer market sepertinya kok mirip dengan pasar tradisional yang kita miliki yaitu bertemunya penjual (pemilik hasil kebun atau olahan) dan pembeli. Hanya saja, umumnya produce yang dijual disini memiliki label organik. Nggak heran, kalo harga jualnya pun relatif lebih mahal dibandingkan dengan  harga produce non organik yang bisa kita jumpai di grocery store. Kata papa dan mama, kalau kita membeli produce secara langsung dari pemilik, kita sebenarnya juga mendukung potensi ekonomi lokal. Ya ... Mereka yang menjajakan dagangan/produce mereka adalah petani atau pemilik kebun lokal (asli Bloomington) yang bertemu seminggu 2 kali (setiap Selasa dan Sabtu) di tempat yang sama. Para pembeli dipersilahkan menyesuaikan dengan jadwal yang sudah fix ini. Saat musim masih belum memasuki winter, kegiatan jual beli ini diadakan di outdoor. Sementara itu, di saat winter, kegiatan ini dipindah di dalam ruangan (indoor) di salah satu aula gedung sekolah. Melihat jadwal yang sudah fix seperti ini memang menjadikan kita tahu bahwa pemerintah setempat sangat mendukung dan memperhatikan serta memfasilitasi kegiatan yang dilakukan olah para petani lokal. Pemerintah setempat mendukung dengan cara menyediakan tempat dan mengiklankan kegiatan ini terus menerus. Dengan begitu, kegiatan ini menjadi bagian dari kegiatan masyarakat lokal yang produktif dan menguntungkan baik untuk pembeli (bisa memilih dan membeli produk segar secara langsung) maupun untuk penjual (bisa memasarkan produk mereka dan mendapatkan uang secara langsung). O ya ... Hari itu papa dan mama menyempatkan untuk membeli satu kantong apel (yang memiliki bentuk dan rasa seperti apel Malang) dengan cara menawar. Kok ditawar? Iya ... Karena pasar sudah mau bubar, biasanya penjual bisa membeli dengan harga lebih murah. Memangnya pembeli boleh menawar? Sebenarnya sih nggak boleh (nggak biasa). Tapi, mama iseng saja mencoba menawar apel satu tas. Hasilnya? Dari harga 10 dolar, mama bisa membawa pulang satu kantong apel seharga 8 dolar hehehe ...

No comments:

Post a Comment