Tuesday, July 30, 2013

SUMMER ROAD TRIP 2013 (II): FREMONT MI - BLOOMIE IN

Setelah tinggal dan menginap di rumah Jessi selama 2 hari 1 malam, hari Selasa, tanggal 30 Juli 2013 jam 12 siang, kami bertiga sudah berada kembali di dalam kendaraan dan siap berangkat menuju Bloomington. Cuaca yang cerah di musim panas ini kami harapkan dapat menemani kami dalam perjalanan yang diperkirakan akan menempuh waktu 7 jam. Papa sudah langsung menset GPS dengan tujuan home. Jadi, kami tinggal mendengarkan dan mengikuti petunjuk GPS. Saat kami meninggalkan rumah Jessi, kami melihat kembali danau yang ada di belakang rumah Jessi. Jejeran rumah di kompleks perumahan ini terlihat rapi dan indah. Sunyi tetap terasa, demikian juga rasa damai. Kami ingat kemarin sore kami juga sempat berkunjung ke kota Fremont dan mampir di sebuah danau yang (nampaknya) lebih luas dari danau yang ada di belakang rumah Jessi. Kami juga menyempatkan diri untuk berkunjung sebentar ke salah satu area yang banyak dihuni orang Amish, melihat kereta yang lewat, sekolah, perkebunan dan tanah pertanian milik mereka. Umumnya mereka hidup dalam satu lingkungan yang  besar. Amish adalah masyarakat US yang memilih tidak menggunakan listrik dan produk berteknologi dalam kehidupan seh ari-hari mereka. Mereka juga memiliki kendaraan berupa kereta kuda (buggy). Konon, sistem pendidikan yang mereka terapkan juga berbeda dengan sistem pendidikan yang dikelola pemerintah US. Mereka memiliki kurikulum mereka sendiri. Di area yang banyak ditinggali orang Amish, ada banyak tanda lalu lintas berupa gambar kereta. Arti tanda lalu lintas ini adalah, ada banyak buggy yang melewati area ini. Seperti yang mungkin kita tahu, orang Amish memiliki cara berpakaian yang khas. Untuk kaum pria, mereka biasnya mengenakan celana panjang warna gelap (non jeans) dan baju putih lengan panjang. Rata-rata kaum pria Amish memiliki jenggot dan jambang. Mereka juga memakai topi (straw). Untuk kaum perempuan mereka memakai rok yang khas modelnya, roknya berbahan kain dan memiliki warna polos. Mereka juga mengenakan penutup rambut yang khas (bonnets). Kami sudah pasti tidak bisa mengambil gambar mereka karena mereka tidak mengijinkan kegiatan foto-memfoto seperti ini. Kami hanya melihat mereka saat kendaraan yang kami naiki melintas di areal tempat orang Amish berkegiatan. Menurut Jessika, meski mereka umumnya tinggal berkelompok, berkegiatan berkelompok dan memiliki kehidupan yang tidak sama dengan warga US umumnya (karena mereka lebih memilih berkegiatan secara tradisional) mereka juga membiarkan anak laki-laki mereka untuk melihat dunia "luar" (di luar masyarakat Amish). Anak laki-laki ini diperkenankan untuk menjalani kehidupan di luar kebiasana masyrakat Amish selama setahun. Istilah kerennya, mereka mengembara keluar kampung. Setelah setahun berlalu, anak ini akan kembali ke keluarganya yang bermukim di areal Amish. Anak ini akan memutuskan untuk tetap tinggal di Amish selamanya atau keluar dari Amish selamanya. Keputusan ini diambil oleh anak yang bersangkutan dan sudah pasti perlu mempertimbnagkan banyak sekali hal. Seandainya ia memilih tinggal, ia tidak akan pernah keluar dari kampung Amish selamanya. Sebaliknya kalau ia memilih pergi, ia tidak akan pernah kembali ke kampungnya. Dan karena mereka tidak menggunakan aneka bentuk teknologi (untuk berkomunikasi), sudah pasti komunikasi antara anak ini dengan keluarga besanya akan terputus. Wa ... Sudah pasti tidak mudah bagi si anak untuk memutuskan. Menurut Jessi lagi, setelah setahun mengembara keluar kampung, umumnya mereka memutuskan menetap di kampung Amish selamanya. Mungkin saja karena 1 tahun tidak cukup bagi mereka untuk mengenal dunia luar yang mungkin saja sangat jauh berbeda dengan kehidupan mereka selama ini. Nilai-nilai hidup yang dianut mungkin saja berbeda dan tidak mudah untuk mengubahnya terutama saat lingkungan yang dihadapi berbeda sama sekali. Cerita mengenai Amish memang tidak akan ada habisnya karena ada banyak hal menarik yang bisa dilihat. Kami beruntung bisa melihat  dari dekat kehidupan mereka di Fremont Michigan ini. O ya ... Dalam perjalanan pulang ini, kami tidak melewati rute yang sama dengan rute saat kami berangkat hari Minggu lalu. Rute hari Minggu lalu sedikit memutar karena kami mampir dulu di Lansing baru ke Grand Rapids dan kemudian ke Fremont. Rute berangkat adalah: Bloomington - Fort Wayne - Lansing - Grand Rapids - Fremont. Rute pulang adalah Fremont - Muskegon - South Bend - Kokomo - Carmel - Bloomington. Hampir sama dengan perjalanan saat berangkat, highway yang kami lalui saat pulang tidaklah terlalu ramai. Kami sempat berhenti sebentar d i sebuah rest area untuk menunaikan panggilan alam hehehe. Melalui rute ini, kami sempat melewati sebuah area yang nampaknya merupakan salah satu kota besar di Michigan yaitu Muskegon. Disini ada deretan pusat perbelanjaan, pusat bisnis, rumah sakit, sekolah dan tempat tinggal yang nampaknya lebih besar dari Fremont. Kami nggak keluar dari highway saat melewati kota ini. Kota ini berada persis di sisi kiri dan kanan highway. Saat kami membaca South Bend di salah satu papan penunjuk jalan, kami tahu sebentar lagi kami akan meninggalkan state Michigan dan memasuki state Indiana. Wa ... Rasanya sudah seperti berada di dekat rumah hehehe ... South Bend yang kami lalui memiliki pemandangan yang sama dengan saat kami berangkat lewat Ford Wayne. Ada banyak lahan kosong tak bertuan, seperti bukit dan tanah kosong yang luas sekali. Sesekali kami melewati kota kecil, melewati areal pertanian, melewati areal perkebunan, namun areal kosong yang hanya berupa tanah luas dengan pohon di atasnya nampaknya gak kalah banyak hehehe ... Kami sempat berhenti sebentar di Kokomo karena harus mengisi bensin. Kami cari pom bensin yang ada di dekat convenience store sekaligus kami membeli kopi dan coklat. Terus terang kopi dan coklat panas made in convenience store ini nggak kalah kualitasnya dari kopi dan coklat yang dijajakan di rumah/kedai kopi. Yang jelas, kualitasnya OK, harganya pun OK hehehe ... Di kota Kokomo ini ada kampus IU. Namanya IU Kokomo. Kami melihat plang nama IU Kokomo ini. Kota Kokomo lumayan ramai meski tidak sebesar kota Indianapolis. Menurut mama, Kokomo jauh lebih besar dari Bloomington hahaha ... Perjalanan dari Kokomo menuju Bloomington tidak selancar perjalan sebelumnya. Meski tidak masuk Indianapolis, hihgway yang kami lalui rasanya padat sekali. Saat memasuki kota Carmen, kendaraan bahkan berjalan sangat pelan. Kota Carmen dikenal sebagai area elit Indiana, dimana banyak orang kaya Indiana tinggal disini. Kota yang kami lalui menampakkan gedung yang memiliki warna seragam yaitu coklat tua. Kendaraan serasa padat merayap di kota ini. Mungkin karena jam saat kami lewat adalah saat pulang kantor. Kan kami melewati kota ini hari Selasa. Dan jamnya adalah jam 5 sore lebih sedikit, jam dimana semua orang pulang kantor. Selain itu, kami melihat ada rambu perbaikan jalan di salah satu ruas jalan, jadi ini mungkin juga menjadi penyebab kendaraan tidak berjalan lancar. Selepas Carmel, kendaraan melaju dengan lancar kembali. Kami pun memperkirakan akan sampai di rumah pukul 7 malam. Dugaan kami ternyata meleset sedikit. Kami sampai di rumah pukul 7 lebih banyak hahaha ... Pastinya, kami senang karena perjalanan pulang ini lancar dan kami bisa kembali ke rumah yang dah sejak Minggu kami tinggalkan. Nikmatnya bisa kembali ke rumah. Kami kemudian mandi dan makan malam bersama. Tak lupa kami nikmati oleh-oleh dari Jessi ... Thanks a lot Jessi, for the best vacation ever ...

SUMMER ROAD TRIP 2013 (II): LUNCH

Setelah naik kano usai, jam menunjuk angka 11 lebih sedikit. Jessi dan ibunya segera mengajak kami untuk mempersiapkan acara santap siang. Masih di rumah Jessi di Fremont Michigan, di hari Selasa 30 Juli 2013. Kata Jessika dan ibunya, kami akan menikmati makan siang di teras belakang. Di teras ini tersedia meja makan beserta kursinya. Di sampingnya juga tersedia peralatan BBQ. Teras ini juga menghadap ke danau. Dengan duduk di teras belakang, kita bisa melihat danau sepuasnya. Teras belakang sangat teduh meskipun berupa ruang terbuka. Teras ini tidak memiliki atap namun tidak terasa panas karena memiliki banyak pohon tinggi di sekitarnya. Angin bertiup (tapi tidak kencang) plus teras yang teduh menjadikan suasana terasa sangat sempurna untuk menikmati acara santap siang ini. Bersama Jessi dan ibunya, aku dan mama membantu membawa keluar beberapa keperluan acara santap siang outdoor kali ini. Kami menyiapkan napkin (untuk alas piring dan keperluan lain), plate, garpu, gelas dan juga membawa keluar air minum (air putih) dingin. Apa menu makan siang kami kali ini? Roti isi alias sandwich. Jadi, kami tidak perlu memasak terlebih dahulu, karena semua bahan sudah siap diracik. Ada roti, ada daging iris tipis, ada sayuran, ada keju dan sudah pasti ada dressing-nya. Bahan-bahan untuk membuat sandwich tersebut dikeluarkan Jessi dan ibunya dari dalam lemari pendingin atau lemari penyimpanan. Aku dan mama membantu membawakan bahan-bahan tersebut dari dalam rumah ke teras belakang. Setelah semua bahan racikan sandwich siap, kami segera duduk di kursi kami. O ya ... Chips juga tersedia di meja sebagai pelengkap acara makan siang kali ini. Kami pun kemudian mulai meracik roti isi kami sesuai selera. Sudah pasti kami berusaha membuat porsi yang sesuai dengan kemampuan kami. Kami tidak ingin membuat porsi roti isi yang tidak sanggup kami habiskan. Satu roti isi sudah cukup mengenyangkan kalau kita racik dari berbagai bahan yang tersedia. Apalagi ada chips dan sayuran yang juga bisa makan saat kita menyantap sandwich. Coab perhatikan gambar tang diposting disini. Lumayan menggugah selera kan? Hehehe ... Acara makan siang ini kami nikmati dengan happy. Kami ngobrol sambil melihat ke arah danau yang nampak ramai. Ada anak yang sedang latihan ski air (ditarik kapal), ada juga kapal layar yang warna layarnya meriah, ada kapal boat yang mondar-mandir dan seterusnya. Selain roti isi, Jessi dan ibunya juga menyediakan pai blueberry yang kami buat semalam. Pai ini dikeluarkan dari dalam lemari pendingin dan nampak mengundang untuk dicicipi hehehe ... Pai ini pun kemudian kami cicipi setelah acara makan siang selesai. Gimana rasanya? Sudah pasti dasyat hehehe ... Apalagi pai ini hasil olahan sendiri. Acra makan siang pun kami akhiri dengan perut kenyang hehehe ... Bersama Jessi dan ibunya, kami membantu membereskan meja makan agar bersih dan rapi kembali. Kami kembalikan semua peralatan makan ke dalam rumah dan kami buang paper plate dan fork ke dalam plastic bag. Hm ... Menikmati makan siang di teras belakang dengan ditemani pemandangan langsung ke arah danau memang terasa luar biasa, apalagi cuaca sangat bersahabat. Dalam suasana seperti ini baru terasakan betapa liburan ini terasa mewah dan mengesankan. Rasanya tak bosan berkegiatan di rumah Jessi selama hampir 2 hari ini. Beberapa kegiatan yang kami lakukan disini merupakan kegiatan yang baru pertama kali kami alami seperti memetik blueberry, naik kano, memasak pai blueberry dan seterusnya. Karena waktu sudah semakin siang, kami pun kemudian bersiap untuk pamit pada keluarga Jessi. Kami meminta waktu sebentar untuk mengambil beberapa barang kami di lantai atas dan membawanya ke kendaraan. Jessi dan ibunya membungkuskan beberapa snack (cookies, chips) dan pai untuk kami jadikan bekal. Sudah pasti kami dengan senang hati menerima kebaikan hati mereka ini. Jessi juga menyiapkan beberapa souvenir untuk kami. Wa ... Banyak sekali yang kami bawa pulang ke Bloomington hehehe ... Saat jam menunjuk angka 12 lebih sedikit kami pun kemudian pamit pada Jessi dan ibunya. Kami mengucapkan banyak terima kasih atas undangan Jessi untuk kami sehingga kami bisa berkunjung dan bermalam di rumah ini. Tentunya juga karena keramahan dan kebaikan hati yang mereka berikan selama kami berada disini. Kami mengatakan "This is one of the best/most memorable vacation we ever have." Lalu, kami pun menuju kendaraan dan memulai perjalanan pulang ke Bloomington. Sekali lagi "Thanks so much Jessi and Barbara" kamta kami sambil melambaikan tangan kepada mereka berdua.

SUMMER ROAD TRIP 2013 (II): CANOING AGAIN

Setelah berjalan-jalan di sekitar rumah Jessi, kami memutuskan satu kegiatan lain di hari ini yaitu canoing. Lagi? Iya hehehe ... Kami ingin kembali merasakan naik kano di danau hehehe ... Kami pun segera menuju bagian belakang rumah Jessi dan bersiap beraktiftas dengan menarik kano yang bersandar di pohon dan menyeretnya ke danau. Sama seperti kemarin, kami juga menyiapkan dayung yang akan kami gunakan saat kami berkano. Hanya saja, kali ini aku akan berpasangan dengan papa (tandem), mama dengan Jessi dan ibu Jessi akan naik kano sendirian. Aku dan papa segera mengenakan pelampung dan aku naik duluan ke atas kano sebelum papa mendorong kano menjauh dari daratan. Papa kemudian naik di bagian belakang dan kami mulai mengayuh kano bersama-sama. Namun, aku dan papa tidak bisa bekerja sama dengan baik karena papa sibuk dengan kameranya dan aku rasanya seperti harus mengayuh dayung sendirian hahaha ... Akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke pinggir danau dan aku berganti kano yang digunakan untuk 1 orang saja. Papa tidak melanjutkan berkano, sementara aku berkano bersama dengan Barbara (ibu Jessi). Kata papa, papa hanya akan mengambil gambar saja. O ya ... Saat aku dan papa berkano berdua, papa dan aku tidak bisa mengendalikan kano dengan baik. Akibatnya, kami kesulitan maju, mundur, belok kanan maupun belok kiri. Koordinasi antara aku dan papa tidak berjalan baik hehehe ... Saat aku berkano sendiri, ceritanya menjadi lain. Aku lebih bisa mengendalikan kano sesuai dengan kemampuanku hehehe ... Aku dan ibu Jessi kemudian mengejar mama dan Jessi yang sudah jauh di depan. Kata Barbara, kami akan menuju sebuah pulau dimana kami bisa menyandarkan kano dan bermain sebentar disitu. Kata Barbara pula, biasanya Jessi berenang sampai di pulau itu. Mau tahu jaraknya? Lumayan jauh hehehe ... Kata ibu Jessi, saat Jessi berenang, biasanya Barbara akan menemani dengan naik kano, sehingga kalau ada kapal lewat, Jessi tidak perlu khawatir. Saat kami berkano di danau ini, kami juga bertemu dengan kapal bermotor (boat) dan juga kapal layar. Siang yang cerah rasanya menjadi alasan yang sempurna untuk beraktifitas di danau. Kira-kira 20 menit kami mengayuh dayung, kami sampai di pulau yang dimaksud. Kami kemudian turun dari kano dan menarik kano kami ke daratan. Kami tentunya harus yakin bahwa kano tersimpan aman di daratan, karena kalo nggak begitu, kano bisa terapung ikut aliran danau dan menjauh dari kami. Kalo itu yang terjadi, kami hanya punya 2 pilihan, berenang untuk pulang atau tinggal di situ saja hehehe ... Yang pasti, daratan ini gak jauh dari kompleks perumahan Jessi, jadi kami gak perlu terlalu khawatir. Setelah kano naik ke daratan, kami segera melihat ada apa sebenarnya di pulau kecil ini. Kata ibu Jessi, di pulau ini ada kolam kecil yang memiliki air yang sangat dingin. Kami diminta untuk mencoba memasukkan kaki kami di danau kemudian memasukkan kami kami di kolam ini. Dan memang benar terasa bedanya. Kolam kecil ini memiliki air yang sangat duingin hehehe ... Kami kemudian melihat-lihat sekeliling pulau ini. Ada apa lagi? Ada ular air (water snake) yang dilihat Jessica. Kami bertiga gak secermat Jessica rupanya, jadi saat Jessica melihat ular itu ada di dahan pohon yang tumbang (warna sisik ular nyaris sama dengan warna dahan) dan menunjukkannya pada kami, kami baru tahu ada ular disitu. Setelah puas di pulau kecil ini, kami memutuskan untuk kembali ke rumah Jessi. Kami kemudian menarik kano dan mulai mendayung lagi. Matahari semakin meninggi, jadi badan rasanya semakin hangat. Setelah selama 20 menit kami mendayung, kami sampai di rumah Jessi lagi. Kata Jessi, untuk membedakan mana rumah Jessi dengan rumah tetangganya bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan. Dari danau, pemandangan ke rumah-rumah yang berjajar memang nampak sangat berbeda. Rumah-rumah ini terlihat cantik dan unik. Bangunan rumah jelas berbeda-beda termasuk warna catnya dan penataan halaman belakangnya. Banyak ruanh yang memiliki dermaga dan ada boat yang bersandar di dekatnya. Ada juga rumah dengan pelampung mengapung di danau yang biasanya dipakai untuk berjemur. Jessi memberi tahu aku dan mama adanya pelampung berwarna kuning yang mengapung di belakang rumahnya. Pelampung ini berukuran lumayan lebar. Saat kami mendekati pelampung itu, kami tahu kami sudah hampir sampai di rumah Jessi. Kami bertambah bersemangat mengayuh kano kami hehehe ... Ketika kano menyentuh pasir di halaman belakang rumah Jessi, kami segera turun dari kano dan menariknya ke daratan. Lalu papa datang membantu dan menyandarkan kano di pohon. Senangnya bisa menikmati siang ini dengan berkano ... 

SUMMER ROAD TRIP 2013 (II): AROUND JESSI'S HOUSE

Sarapan dah kelar ... Kami pun siap mengikuti kegiatan di hari ini, Senin, 30 Juli 2013, di sekitar rumah Jessi. Mama mengusulkan agar kami berjalan kaki menysuri area di sekitar rumah Jessi. Kami kemudian berjalan berurutan menyusuri kompleks perumahan yang bersebelahan dengan danau ini. Pagi ini sungguh cerah, matahari bersinar dengan hangatnya dan angin tidak bertiup dengan kencang. Meski hangat, kami tetap saja memakai jaket agar badan bertambah hangat hehehe ... Ibu Jessi, Barbara, menjelaskan kepada kami bahwa sebagian besar penghuni di kompleks ini hanya tinggal di sini selama musim panas. Rumah di kompleks ini lebih pas dianggap sebagai rumah istirahat di saat musim panas (summer house). Meski demikian, ada beberapa rumah yang dihuni penghuninya sepanjang waktu karena mereka memang penduduk asli perumahan ini. Kompleks di mana rumah Jessi berada juga tidak besar sekali. Baru saja kami melangkah sebentar, kami sudah berada di perbatasan kompleks. Kami berada di sebuah rumah yang berada di ujung kompleks tersebut. Kami kemudian diajak Jessi dan Barbara menyusuri pekarangan luas milik perorangan yang dibiarkan kosong. Kami menjumpai beberapa binatang yang sering kami lihat seperti rabbit, chipmunk, squirrel dan burung. Selain binatang tersebut, kami juga melihat wild ducks dan kuda. Kuda? Ya ... Kami mendatangi sebuah tempat menunggang kuda yang ada di dekat kompleks rumah Jessi. Saat kami menuju kandang kuda ini, kami beruntung bisa bertemu anak pemiliknya yang sedang memberi makan kuda tunggangnya. Anak itu masih muda dan nampaknya ia menikmati acara memberi makan kuda. Anak itu diajak bercakap-cakap oleh ibu Jessi dan ibu Jessi kemudian memperkenalkan diri bahwa mereka tinggal tidak jauh dari pekarangan luas ini. Kuda yang diberi makan kulihat memiliki postur yang tinggi dan besar. Kuda ini makan dengan lahap apa yang ada di depannya. O ya ... Kuda ini leluasa berjalan-jalan dan berlari-lari di pekarangan yang memiliki pagar yang terbuat dari kayu dan kawat yang kuat serta lumayan tinggi. Kata anak pemilik kuda, anak-anak yang mengikuti kegiatan camping di hutan yang berada di seberang danau biasanya datang ke pekarangan ini untuk mengikuti kegiatan horse riding (menunggang kuda). Hanya saja, karena kali ini kuda yang tersedia hanya satu, kegiatan horse riding tidak diadakan di pagi ini. Selain kuda, kami juga bertemu dengan anjing si pemilik pekarangan. Anjing ini nampaknya merupakan anjing penjaga dan dia lumayan ramah meski kami baru bertemu dengannya sekali. Setelah puas mengobrol dan melihat kuda, kami memutuskan kembali ke rumah Jessi dan bersiap melakukan kegiatan yang lainnya. Perjalanan kembali ke rumah Jessi tentunya dengan melewati rute yang sama. Nampak sekali bahwa keluarga Jessi sangatlah mencintai kegiatan outdoor berupa apa saja. Kata Barbara, Jessi dan saudara-saudaranya sangat suka berenang, berlari, bersepeda, naik kano, naik kayak, camping, hiking, trekking dan masih banyak aneka kegiatan lain yang bersentuhan langsung dengan alam terbuka. Mereka seperti tak bosan berkegiatan di alam terbuka, mengingat alam terbuka memang memiliki daya tariknya yang luar biasa. Rasanya kami jadi ingin seperti mereka yang begitu mencintai kegiatan outdoor. Terlebih, bagi mereka yang tinggal di negara 4 musim, saat musim panas seperti inilah kegiatan outdoor bisa dilakukan semaksimal mungkin. Sebab, musim gugur dan musim semi biasanya memiliki suhu udara yang naik turun. Demikian juga dengan musim dingin. Meski tidak mengganggu pecinta kegiatan outdoor, musim dingin memiliki keterbatasan ruang terbuka yang tidak dingin hehehe ... Saat kami kembali ke rumah, matahari nampak semakin tinggi. Jam masih menunjuk angka 10 kurang, tetapi siang terasa sudah menjemput ...

SUMMER ROAD TRIP 2013 (II): BREAKFAST

Hari pertama liburan di rumah Jessi kami akhiri dengan tidur di jam 10 malam. Setelah seharian kemarin kami melakukan berbagai kegiatan (blueberry picking, dinner, blueberry pie cooking, canoing, bon fire and playing cards), pagi ini, Selasa, 30 Juli 2013, kami bangun jam 6 pagi dan segera mandi serta bersiap di ruang keluarga di rumah Jessi. Meski tidak ditentukan jam berapa kami harus bangun dan sarapan, rasanya kok lebih pas kalo kita bangun pagi dan bersiap sebelum jam 8 pagi untuk memulai segala aktifitas. Gak lucu banget kalo berlibur di sebuah tempat hanya diisi tidur hehehe ... Saat kami menuju ruang keluarga Jessi, Jessi dan ibunya juga sudah berada disitu. Mereka juga sudah siap untuk berkegiatan seperti kami. Sebelum memulai kegiatan hari ini, kami tentunya perlu sarapan dulu. Jessi sudah menyiapkan adonan untuk wafel yang akan menjadi menu sarapan kami pagi ini. Wafel apakah yang dibuat Jessi? Wafel pisang. Wa ... Nampaknya kok yummy bangets hehehe ... Apa sebenarnya beda wafel dengan pancake? Bentuknya dan rasanya hehehe ... Kalo pancake bisa kita masak di wajan, wafel perlu alat masak khusus yang akan menghasilkan wafel kotak-kotak seperti yang biasa kita temui. Wafel buatan Jessi nampak mengundang selera hehehe ... Namun, aku musti sabar menunggu sampai semua wafel siap disantap. Ya ... Memasak wafel memang satu per satu karena mesinnya hanya memang bisa memanggang satu kali adonan saja. Memasak wafel memakai alatnya juga tidak lama. Satu wafel dimasak dalam waktu 1-2 menit saja. Setelah wafel matang, wafel akan dipindah ke piring dan siap disajikan. Wafel bisa dipadupadankan dengan selai maupun butter. Kalau mau irisan buah seperti strwaberry atau bluberry, sudah pasti OK juga. Kalau menginginkan scrambble egg dan kentang porong kecil-kecil, bisa juga. Mau nambahin wafel dengan sausage pun OK. Terserah kita maunya apa, yang penting kita bertanggung jawab menghabiskan  hehehe ... Untuk minumnya, kita juga bisa memilih apa saja. Ada jus, ada susu, ada kopi dan juga minuman lainnya. Kalau menginginkan wafel dengan air putih dingin, rasanya paduan ini OK juga hehehe ... O ya ... Sama dengan saat membuat blueberry pie semalam, wafel yang dibuat Jessi juga sudah ada resepnya. Resep wafel untuk keluarga yang biasa mereka masak saat mereka ingin menyantapnya. Papaku mengambil gambar resep ini. Kalau ada yang ingin praktek, sudah pasti dipersilahkan hehehe ... Setelah wafel dan aneka perlengkapannya siap di meja, kami pun segera duduk di kursi dan bersiap menyantapnya. Ternyata, wafel yang dipersiapkan Jessi berukuran lumayan tebal. Jadi, satu porsi wafel sudah terasa mengenyangkan hehehe ... Hampir lupa, Betsy, kakak Jessi, tidak mengikuti sarapan pagi ini karena harus segera kembali ke Holland. Jarak dari Fremont ke Holland kira-kira 1,5 sampai 2 jam. Betsy kembali ke Holland dengan berkendara di jam 7.30 pagi. Kami kemudian melanjutkan acara sarapan pagi ini tanpa Betsy. Sambil sarapan, kami merencanakan beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan pagi ini. Ada banyak hal yang bisa kami lakukan di sekitar tempat tinggal Jessi. Berbagai kegiatan itu kami rundingkan sambil kami nikmati pagi yang mulai menyapa Fremont. Dari dalam rumah Jessi, kami lihat aur danau yang berkilau-kilauan tertimpa sinar matahari. Beberapa kapal juga sudah memulai kegiatan mereka pagi itu. Ya ... Pagi ini terasa sangat menarik dan memanggil-manggil kami untuk segera beraktifitas. Tapi tunggu dulu ... Wafel yang lezat ini tidak akan kutinggalkan begitu saja hehehe ... Wafel yang rasanya nggak membuatku bosan karena uenak ini lebih menggoda hatiku dibanding percakapan mengenai rencana kegiatan hari ini hahaha ... Terima kasih Jessi sudah menyipakan sarapan yang super hari ini ...

Monday, July 29, 2013

SUMMER ROAD TRIP 2013 (II): PLAYING CARDS - FREMONT MI

Setelah bonfire selesai dan kami masuk rumah, masih ada kegiatan lain yang kami lakukan di dalam rumah Jessi. Kami segera saja duduk mengelilingi meja (meja makan) dan Jessi serta Betsy mengeluarkan kartu yang akan dipakai untuk bermain. Sebelumnya, Jessi menawari kami minuman hangat (kopi atau coklat) sebagai teman main kartu. Papa dan mama memilih teh, sementara aku memilih air putih saja hehehe ... Aku sangat penasaran dengan permainan kartu yang akan kami lakukan. Ibu Jessi, Barbara, menjelaskan aturan main kartu ini. Kartu ini dimainkan secara individu. Masing-masing peserta akan berusaha mencari poin sebanyak-banyaknya. Caranya: Setelah kartu dibagi, peserta akan melihat mana kartu yang sama dan mana kartu yang tidak sama. Kartu yang sama akan disimpan, kartu yang tidak sama akan ditukarkan. Masalahnya, tidak semua peserta mau menukar kartu kita yang tidak sama dengan kartu mereka. Jadinya, kita seperti cepet-cepetan menukar kartu sebelum peserta lain berubah pikiran hehehe ... Hasil akhirnya (berupa kartu yang sama) akan diberi poin dan poin ini dicatat dalam kertas sampai terakumulasi siapa pemenangnya. Seru juga permainan ini karena kadangkala, kartu yang kita tukar ternyata kartu yang sama dengan yang kita tukar tadi. Jadi, seandainya kita tidak menukar, kita bisa dapat poin banyak hehehe ... Sebentar dulu, mama kok nggak kelihatan di acara main kartu ini? Memang benar ... Mama lebih tertarik untuk mengambil gambar kami yang sedang asyik bermain bersama. Mama lebih tertarik memandang danau dari dalam rumah. Danau yang samar-samar masih kelihatan, karena bulan sudah mulai menampakkan diri dan seolah bercermin di danau. Ya ... Malam memang mulai menjemput dan menemani kami yang sedang bermain kartu. Rasanya malam ini menjadi romantis sekali. Menikmati danau dari dalam rumah sambil bermain kartu dan berteman dengan minuman hangat. Masih di hari Senin, 29 Juli 2013.

SUMMER ROAD TRIP 2013 (II): BONFIRE - FREMONT MI

Acara naik kano di sore hari, di Fremont, di hari Senin tanggal 29 Juli 2013 kami sudahi. Matahari mulai meredup dan kami memutuskan untuk melanjutkan acara malam ini dengan membuat api unggu atau disebut juga dengan bonfire. Api unggun merupakan salah satu acara yang lumayan digemari di US sebagai salah satu kegiatan yang mewarnai acara kumpul-kumpul. Sambil menyalakan api unggun, ada banyak hal yang bisa kita lakukan, diantaranya ngobrol, makan (menikmati makanan yang khas disantap di saat api unggun, menyanyi atau pun sekedar duduk-duduk). Lalu, apa yang kami lakukan? Jessi mengajak kami mendekati lubang (fire place) yang sudah tersedia di belakang rumah. Fire place yang umum dibuat adalah berbentuk lubang di kebun/halaman yang di pinggirnya diberi batu (entah permanen maupun tidak). Jadi, api akan menyala dari dalam lubang tersebut. Sudah pasti kami akan memerlukan kayu untuk bisa membuat api unggun. Jessi dan keluarganya memiliki tumpukan kayu yang siap dipergunakan saat ada acara api unggun. Kayu ini tertata dengan rapi dan berjumlah cukup banyak (bisa dipakai untuk beberapa kali acara api unggun). Jessi bersama aku, papa dan mama mengambil kayu secukupnya kemudian meletakkan di dalam lubang untuk api unggun. Jessi mengajari kami menyusun api unggun ini agar mudah penyalannya. Kayu disusun menyerupai piramid atau kerucut dan kami perlu menyiapkan celah untuk menyalakan api dimuali dari tumpukan terbawah. Kayu yang sudah disusun menyerupai piramid ini kemudian siap dinyalakan. Jessi kemudian memberi tahu kami bahwa untuk menyalakan api unggun ini, kami tidak memerlukan minyak. Ada sebuah ranting kecil yang merupakan penghantar panas yang baik. Ranting ini kemudian  dinyalakan dengan korek dan dicoba dimasukkan ke celah untuk menyalakan api. Usaha ini tidak membawa hasil memuaskan hehehe ... Setelah beberapa kali mencoba, api unggun tidak bisa menyala dengan memuaskan. Sebentar-sebentar api mati. Lalu, apa yang kami lakukan? Jessi pun berinisiatif mengambil koran bekas dan kami memulai lagi upaya menyalakan api unggun ini. Sebentar saja menyalakan api, kayu mulai terbakar dengan bantuan koran bekas ini. Jadilah api unggun kami menyala dengan besarnya hehehe ... Kami kemudian duduk mengelilingi api unggun di kursi yang tersedia. Barbara (ibu Jessi) dan Betsy (kakak Jessi) bergabung bersama kami. Mereka nampak sudah siap menikmati acara bonfire ini dengan memandang pemandangan danau yang indah. Bersama Betsy dan Barb, Jessi kemudian mulai memanggang s'more (nama makanan yang lazim dinikmati di saat bonfire seperti ini). Smore sebenarnya berasal dari kata some more (tambah lagi). Sudah pasti alasannya jelas, karena makanan ini enak, makanya pingin nambah lagi hehehe ... Smore ini berbahan cracker, marsmallow dan coklat. Cara membuatnya mudah sekali. Crackers (biasanya dikenal dengan nama graham crackers) akan dikombinasi dengan marshmallow dan coklat batangan yang dilelehkan. Marshmallow akan dipanggang dalam api unggun sehingga menjadi kenyal dan kemudian dimasukkan ke dalam crakers dengan coklat yang dilelehkan. Jadi, susunannya adalah: cracker, marshmallow (panas - untuk memelhkan coklat), coklat batangan dan cacker lagi. Gimana rasanya? Sudah pasti yummy hehehe ... Selain itu, ada apa lagi? Kalo kita mau BBQ dengan menggunakan api unggun, kita bisa saja memanggang sosis dan burger. Api sudah tersedia, jadi tinggal menyesuaikan saja apa yang mau kita panggang hehehe ... Sambil menikmati smore, kami pandangai danau yang semakin menggelap. Matahari beneran sudah besembunyi dan bayangannya tidak lagi nampak di atas danau. Sambil merasan tiupan angin, kami nikmati kemewahan ini. Bagaimana tidak mewah? Kami berada di alam terbuka, bisa memandang danau dari dekat, bisa menikmati api unggun, bisa menghirup kesegaran udara dan masih banyak lagi kemewahan yang kami dapatkan. Summer ini begitu indahnya. Kami berkesempatan memandang dari dekat perpaduan danau, hutan dan udara segar hanya dari belakang rumah. Ya ... Kami ikut merasakan kemewahan ini karena undangan Jessi untuk bermalam di rumahnya. Rumah yang menurut kami adalah resort, tempat semua hiruk pikik, kebisingan dan kesibukan menjadi tiada. Semua itu seolah tenggelam dan tak nampak serta tak terasakan dari sini. Kami merasa damai dan relaks di sini. Rasanya pikiran menjadi tenang dan tidak ada rasa "kemrungsung". Apalagi yang kami perlukan selain menikmati keindahan langka seperti ini? Gak setiap hari lho, kami berkesempatan menikmati kemewahan seperti ini. Menyaksikan matahari tenggelam dengan duduk di teras belakang yang berbatasan dengan danau sekaligus menikmati api unggun yang menghangatkan badan di malam yang tidak terlalu dingin ini. Tak terasa, matahari beneran menghilang dari pandangan. Kami pun tahu, jam sudah mulai malam, karena di saat summer seperti ini, matahari tenggelam di jam 8 malam. Segera kami pun bersiap kembali masuk ke dalam rumah setelah membereskan aneka perlengkapan yang kami pergunakan saat menyalakan dan menikmati api unggun. Setelah semua bersih dan kembali ke tempat penyimpanan (api unggun sudah mati), kami pun segera masuk rumah dan bersiap melakukan kegiatan berikutnya. Apakah itu?  

SUMMER ROAD TRIP 2013 (II): CANOING - FREMONT MI

Setelah pie blueberry matang, acara kami sore ini belum berakhir. Masih di hari Senin tanggal 29 Juli 2013 dan masih di Fremont Michigan. Jam menunjum angka tujuh malam, namun demikian, udara di luar masih terasa cerah. Sinar matahari masih kelihatan dan waktu terasa seperti jam 4 sore saja. Jessica mengusulkan agar kami melakukan keliagan outdoor. Apakah itu? Canoing.   Canoing? Ya ... Naik kano. Undangan ini terasa menggoda mengingat belum satupun dari kami bertiga pernah menaiki kano. Dimanakah kami akan naik kano? Di belakang rumah Jessica. Seperti yang kuceritakan sebelumnya, rumah Jessica kan bersebelahan dengan danau. Kata Jessica dan ibunya, setiap hari (entah pagi, entah siang, entah sore - sepanjang matahari masih kelihana), mereka akan berkegiatan di danau ini. Apa saja kegiatan mereka? berenang, naik kano, naik kayak dan juga berjemur di tepi danau atau di tengah danau. Wa ... Asyik sekali ya rasanya? Memang begitulah yang kami lihat. Saat kami bertiga menuju bagian belakang rumah Jessica, nampak deretan rumah ini di kompleks ini seperti memiliki aneka alat transportasi yang berhubungan dengan air seperti boat, kapal dan seterusnya. Memang sejak kami datang kami sudah melihat ada kapal boat yang lalu lalang di danau. Kami juga melihat ada kapal layar yang nampak melintas di danau ini. Rasanya kami jadi gak sabar ingin naik kano dengan segera. Namun, kami belum tahu cara naik kano ini. Gimana dong jadinya? Sudah pasti ada Jessica yang mengajari kami. Jessica menunjukkan kano milik keluarganya yang menyandar di pohon. Kano itu kami tarik. Berat nggak? Ternyata nggak hehehe ... Setelah kano ada di pinggir danau, Jessica memberi tahu bahwa 1 satu kursi untuk satu orang atau ada 2 kursi untuk 2 orang yang bisa kami pilih. Aku dan papa memilih satu kano untuk satu orang, sementara mama akan tandem bersama Jessica. Setelah memutuskan akan naik kano yang mana, kami kemudian diberitahu Jessica mengenai bagaimana menjalankan kano ini. Kami perlu duduk di kursi di dalam kano dengan posisi kaki menyandar ke depan (seperti duduk berselonjor). Setelah kami duduk dengan nyaman, kami kemudian akan mulai menjalankan kano dengan cara mengayuh dayung. Teori ini nampaknya gak sulit diikuti, maka kami segera mendorong kano ke danu, duduk di dalamnya dan mulai mengayuh dayung. Ternyata, kami musti menyesuaikan diri terlebih dahulu sebelum mulai mendayung. Dayung bisa diayuh ke depan atau ke belakang (maju atau mundur), ke kiri atau ke kanan agar kano bisa maju atau mundur atau pun belok kiri atau kanan. Ternyata lagi, kami musti praktek dulu sekitar 10 menitan untuk membiasakan diri. Dan begitu kami merasa bisa mengendalikan kano, kami pun segera menuju ke tengah danau dengan rasa percaya diri yang cukup hehehe ... Danau ini memiliki kedalaman yang tidak sama. Danau yang berbatasan dengan daratan otomatis tidak terlalu dalam. Semakin menjauh dari daratan, danau semakin dalam. Danau ini juga sangat tenang. Air tidak menunjukkan alirannya yang deras. Kami pun menikmati acara canoing ini dengan gembira. O ya ... Meski Jessica mengatakan canoing ini aman, mama dan aku tetap memakai pelampung saat kami berkano. Maklum, kami merasa perlu berjaga-jaga hehehe ... Aku dan mama memang bisa berenag, tetapi hanya asal bisa saja alias amatiran hahaha ... Sambil menikmati hangatnya sinar matahari, kami nikmati acara menyusuri danau ini. Kata Jessi, rata-rata tetangganya melakukan kegiatan di danau sejak matahari kelihatan. Utamanya mereka yang merencanakan untuk memancing. Jadi, danau ini menjadi "hidup" sejak pagi sampai matahari terbenam. Kata mama, kalo kami tinggal di tempat seperti ini, yang terasa hanyalah suasana liburan. Hidup sepertinya menjadi sangat santai karena kami tidak diburu-buru atau tidak memiliki target untuk melakukan sesuatu hehehe ... Ya ... Kami benar-benar sangat menikmati semua acara yang diusulkan/dipersiapkan Jessi untuk kami bertiga. Selama 45 menit kami berada di danau, kami melihat ada banyak pemandangan indah dari dalam kano. Deretan rumah yang cantik dengan desain yang unik. Deretan pepohonan yang rapi dan menghijaukan lingkungan. Daratan lain yang menyerupai pulau. Pasir putih yang membatasi daratan dan danau. Danau yang luas dan tenang. Danau yang memantulkan cahaya matahari dan aneka pemandangan indah tadi. Kami tidak bisa membayangkan betapa indahnya area ini di saat musim gugur, musim dingin maupun saat musim semi. Kata mama, tak ada kata lain selain indah dan bagus sekali untuk menggambarkannya hehehe ... Kami kemudian kembali ke rumah Jessi mengingat matahari mulai beranjak dan menandakan malam akan menghampiri. Saat kami kembali ke daratan, kami tarik kano dari danau dan kami berdirikan di pohon seperti semula. Tidak ada rasa capai yang kami rasakan. Yang ada hanyalah happy dan happy. Apalagi, kami masih akan melakukan kegiatan lagi sesudah ini. Apakah itu? Baca terus ceritaku ya hehehe ...