Kamis sore sekitar jam 3.30 PM, papaku sudah menyelesaikan acara seminar hari itu. Kami pun kemudian memutuskan keluar dari bookstore di kampus Notre Dame dan kemudian menuju salah satu tempat piknik yang sudah kami rencanakan untuk kami datangi. Tempat ini bernama South Bend Chocolate Company. Jauhkah lokasinya dari kampus Notre Dame? Sekitar 10 menitan berkendara. Kenapa kami memilih mendatangi tempat ini? Karena salah satu ikon kota South Bend ini adalah pabrik coklatnya ini, jadi sekalian saja kami datangi saat kami berada disini. Saat tahun 2011 kami kemari, kami belum sempat mengunjungi tempat ini. Jadi, saat ini kami sengaja datang kemari mumpung hari masih sore dan juga kami belum pernah melihat apa yang menjadi daya tarik pabrik coklat ini. Kendaraan yang kami naiki menuju arah yang sepertinya keluar kota. Di sepanjang jalan yang kami lalui, tidak terlihat pemandangan yang istimewa. Yang ada malahan gedung berwarna coklat yang seolah sudah ditinggalkan (kondisi gedung rusak dan kaca pecah, banyak tumbuhan serupa rumput dan alang-alang di sekitar gedung, dll) dan juga perumahan penduduk yang menjadi tipikal kota besar. Kondisi di area dimana pabrik coklat ini berada lumayan berbeda dengan kondisi di area dimana kampus Notre Dame berada. Kami bisa merasakan perbedaan itu, namun kami tidak terpengaruh. Saat kendaraan kami sampai di lokasi,kami melihat bangunan tua yang berfungsi sebagai pabrik coklat. Bangunan ini tidak nampak besar dari luar, namun cukup banyak yang bisa kami lihat saat kami masuk ke dalamnya. Kami langsung menuju ke meja resepsionis dan bertanya apakah masih ada paket tur sore ini. Kami beruntung karena masih ada paket tur terakhir untuk sore hari ini. Kami kemudian membeli tiket seharga 4 dolar untuk masing-masing orang (karena aku sudah lebih dari 12 tahun, aku tidak lagi dianggap anak-anak). Tur dimulai tepat di jam 5 sore. Selain kami bertiga, ada lagi 3 peserta yang ikutan dalam tur kali ini. Tur dipandu salah satu pegawai pabrik coklat yang masih muda. Dari pemandu tur, kami mendengar cerita mengenai sejarah pengolahan coklat mentah menjadi coklat siap saji. Termasuk juga cerita mengenai bahan baku coklat yang musti diimport dari luar US karena US tidak menghasilkan bahan utama coklat (kakao) sendiri. Sambil bercerita, kami (peserta tur) dibawa ke ruang pengolahan, ruang pengepakan, ruang display dan juga museum. Dalam gambar nampak kan kira-kira seperti apa kegiatan yang kami lakukan sore ini? O iya ... Peserta tur dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama adalah untuk free tour (semua peserta baik yang membeli tiket tur maupun tidak ikut dalam free tur ini): mendengar cerita asal muasal pengolahan coklat, masuk ke ruang pengolahan, masuk ke ruang pengepakan). Sesi kedua (sesi lanjutan) hanya ditujukan untuk mereka yang membeli tiket seharga 4 dolar: membuat coklat, melihat museum dan mendapat diskon 10 persen dari total belanja di outlet South Bend Chocolate Company hari ini. Hmmm ... Lumayan menarik kan? Saat mencoba membuat coklat, kami masing-masing mendapatkan 1 sendok untuk mengambil coklat lumer dan kemudian kami perlu mendiamkannya sebentar sebelum coklat menjadi beku. Kami, peserta tur berbayar, juga mendapat sample coklat dalam kantong (masing-masing berisi 4 buah coklat). Selain itu, kami juga membeli coklat yang kebetulan tengah didiskon 75 persen. Total coklat yang sudah didiskon 75 persen masih dikurangi lagi karena ada tambahan diskon 10 persen. Wow ... Kami hepi banget tentunya hehehe ... Tanpa terasa, jam sudah menunjuk angka 5 lebih 30 menit. Kami pun bersiap meninggalkan South Bend Chocolate Company yang akan tutup di jam 6 sore. Kami merasa lumayan hepi karena kegiatan tur sore ini berjalan dengan lumayan menyenangkan. Melihat isi pabrik coklat yang memiliki outlet tidak hanya di State Indiana ini lumayan menambah pengetahuan kami. Selama kami tinggal di negara ini, berkunjung ke pabrik coklat South Bend menjadi kunjungan pabrik coklat kedua setelah tahun lalu kami berkunjung ke pabrik coklat Hershey di Pennsylvania. Ya ... Negara yang warganya sangat menyukai coklat ini memang memberiku satu fakta unik: meski bukan sebagai negara penghasil bahan baku coklat namun mereka mampu mengolah bahan baku import ini menjadi makanan yang mendunia dan bahkan mereka sanggup mengeksport hasil olahan coklat mereka di berbagai negara. Kalo melihat negara kita yang memiliki bahan baku coklat melimpah, sayang banget kan kalo kita tidak mampu mengolahnya? Jangankan coklat. Kopi saja mereka mengimport juga lho. Padahal kita tahu mereka memiliki kedai kopi yang dikenal luas di seluruh dunia dan menjadi brand yang sangat prestisius. Padahal mereka tidak menanam pohonnya. Ah ... Kenapa aku jadi ngelantur begini? Hehehe ...
No comments:
Post a Comment