Untuk kegiatan eksperimen di kelas kimia, aku mencoba project yang berbahan cupcake sebagai alat bantu percobaan. Project ini nantinya akan di-share di kelas. Kali ini aku nggak bekerja sendiri. Ada beberapa grup yang dibagi di kelas dan aku menjadi member di salah satu grup. Masing-masing grup terdiri atas 3 orang. Sebelum aku mencoba membuat cupcake sore ini, kami (aku dan grupku) sudah pernah ketemu sekali di library Monroe sebelumnya. Saat itu kami merumuskan kira-kira media apa yang akan kami pakai sebagai bahan percobaan kami. Aku kemudian mengusulkan makanan sebagai media yang akan dipresentasikan di kelas. Karena aku mengusulkan makanan, akulah yang kemudian perlu memilih jenis makanan apa yang akan dipakai. Pilihan pun jatuh pada cupcake. Kenapa cupcake? Karena mudah dibuat, bahan-bahannya mudah didapat dan waktu yang digunakan tidaklah lama. Sebelum kami mencobanya bertiga, Minggu malam ini aku mencoba mempraktekkan membuat cupcake sendiri terlebih dahulu. Bahan-bahan dasarnya adalah gula, telur, butter, terigu dan susu. Tentu aku perlu membaca resep dan aku memilih mengikuti resep dari salah satu website dan membuat porsi setengahnya saja. Semua bahan yang ada di resep kusiapkan termasuk juga peralatan yang akan dipergunakan. Aku ikuti semua langkah yang ada di resep agar percobaan membuat cupcake langsung sukses hehehe ... Sesudah adonan dasar selesai, aku bagi adonan itu menjadi 3 kelompok: adonan dasar (putih), merah dan hijau. Untuk warna merah dan hijau, aku menggunakan food coloring. Nggak perlu banyak-banyak, cukup 1 drop saja. Ketiga adonan beda warna ini kemudian kumasukkan ke dalam baking/cupcake pan dan siap kumasukkan ke dalam oevn. Suhu 375 derajat dan lama panggang sekitar 18 menit adalah saran pemanggangan yang direkomensikan website tersebut. Setelah cupcake matang, cupcake masih perlu ditambahi icing berbentuk plus (positif) dan minus (negatif) untuk membedakan unsur yang dipelajari. Setelah cupcake dengan 2 unsur tersebut siap, kami kemudian akan mempresentasikan bagaimana kedua unsur ini bekerja. By the way ... Gimana rasa cupacke buatanku malam ini? Lumayan hehehe ... Yuk mari dicoba ... Moga-moga nanti percobaan kami di kelas sukses dan presentasi kami juga berjalan dengan lancar ...
Sunday, September 27, 2015
Friday, September 25, 2015
THANK YOU LUNCHEON
Jum'at tanggal 25 September 2015, mama dan teman-temannya datang ke Wilkie Auditorium untuk mengikuti acara makan siang department RPS (Residential Program and Services). Acara yang berjudul Thank You Luncheon ini rutin diadakan setiap tahun di minggu keempat (tepatnya Jum'at minggu keempat) di bulan September. Program yang disponsori oleh RPS divisi dining ini merupakan salah satu bentuk apresiasi dari RPS untuk seluruh staf member di RPS department. Seperti biasa, paket makan siang yang mereka sediakan adalah pizza (aneka rasa), chips, buah (apel), air mineral atau air soda, cookies dan juga es krim atau popsicle. Permen dalam wadah mini mereka sediakan di dining table sebagai asesoris dan juga sebagai snack hehehe ... Jam makan siang yang tercantum dalam email adalah antara jam 11 hingga jam 1 siang. Jam makan siang ini menyesuaikan dengan jam makan siang reguler yang biasanya ada di jam tersebut. Mama berangkat dari Evermann bersama dengan temannya. Mereka berdua menuju Wilkie dan langsung ikut mengantri bersama dengan staf lain yang sudah lebih dulu ada di situ. Kebetulan, tidak ada banyak staf yang mengantri sehingga mama dan temannya tidak perlu lama menunggu untuk sampai di depan petugas. Mama memilih topping keju dan meat, sementara teman mama memilih toping meat saja. Sesudah piring terisi, mama dan temannya segera menuju salah satu spot kosong dan menikmati makan siang mereka di situ sambil mengobrol dengan teman lain. Kata mama, ada lumayan banyak staff yang datang dan yang jelas yang mama kenal atau tahu tidaklah banyak. Maklum, lokasi mereka berkegiatan kan tersebar di seluruh kampus IU, jadi gak begitu mengherankan kalo banyak staff yang tidak saling mengenal. Sesudah berada di Wilkie selama kurang lebih 30 menit, mama dan temannya segera saja bersiap untuk kembali ke Evermann. Karena mama tidak sanggup menghabiskan isi piringnya, mama membawa pulang piring berisi pizza dan membaginya denganku. Yay ... Aku kebagian pizza made in IU kitchen yang mungkin jarang ditemukan di tempat lain selain di dining hall IU hehehe ... Yuk mari silahkan mencicipi pizza dengan topping keju yang dibawa mamaku ...
Wednesday, September 23, 2015
PANGSIT KUAH
Kalo yang ini sih namanya pangsit kuah ... Berbahan daging sapi giling (ground beef) yang digoreng bersama dengan bawang putih, bawang bombay, garam dan lada. Tak lupa ditambahkan peas dan irisan daun jeruk. Kenapa kok peas ditambahkan? Biar kelihatan lebih OK saja tampilannya hehehe ... Sesudah isian pangsit siap, segera dinginkan isian pangsit tersebut dan dan siapkan kulit pangsit (tersedia di Asian store). Isi kulit pangsit dengan isian pangsit dan kemudian siapkan pangsit ini dalam kukusan (di-steam). Kukus pangsit sampai matang kemudian dinginkan. Apakah proses pembuatan pangsit isi sudah selesai? Sudah ... Kalau mengingkan pangsit digoreng, bisa ... Kalau menginginkan pangsit direbus bisa juga ... Yang kemudian dipilih mama adalah membuat pangsit ini menjadi sup pangsit atau sebut saja pangsit kuah. Nggak perlu repot menyiapkan bahan, yang penting bawang putih, lada, garam dan daun bawang serta air (kalo mau pake air kaldu atau broth boleh juga). Masukkan pangsit ke dalam sup dan tunggu sampai mendidih. Hmmm ... Bau wanginya sudah tercium hehehe ... Setelah kuah mendidih, segera pindahkan pangsit dan kuah ke dalam wadah sesuai selera. Silahkan nikmati selagi hangat ... Wow ... Sepertinya kok yummy banget ya? Memang iya ... Itu menurutku hehehe ... Kalo pingin nyoba, silahkan lho ya ... Jangan sungkan-sungkan ... Ngomong-omong, kok tiba-tiba mama ingin membuat pangsit kuah kenapa? Ya pingin nyoba saja ... Mumpung ada leftover bahan yang tersedia, niat untuk mengolahnya pun muncul. Meski kadang nggak mengikuti resep alias mencoba-coba sendiri, sepertinya kok sesuai dengan keinginan hehehe ... Aku sebenarnya tidak terlalu menggemari peas, nggak tahu kenapa aku lebih suka jagung ... Namun, kali ini aku nggak bisa memilih untuk tidak menyantapnya, karena mama sudah menambahkan peas di dalam pangsit hehehe ... Sebenarnya kombinasi ground beef dan peas sangatlah yummy, hanya saja, aku masih belum tertarik untuk menggemarinya hehehe ... Yuk mari segera habiskan pangsit kuah yang ada di mangkuk ... Keburu dingin soalnya hehehe ...
Tuesday, September 22, 2015
MARTABAK MANIS
Martabak manis alias terang bulan alias pancake lokal. Apa ini maksudnya? Hehehe ... Maksudnya mau kasih tahu aja gimana terang bulan buatan mamaku akhirnya bisa kucicipi hehehe ... Ceritanya, mama ingin mencoba resep pemberian teman yang sudah lama ingin dipraktekkan. Akhirnya, jadilah mama mencoba membuat terang bulan dengan bahan-bahan sebagai berikut: susu satu cup, gula pasir (bisa diganti susu kental manis) dan ragi disiapkan. Caranya gampang saja, susu dan gula pasir diaduk dan dihangatkan sebelum ragi dimasukkan. Sesudah ketiga bahan bercampur, biarkan bahan mengembang selama kurang lebih 5 - 10 menit. Sambil menunggu bahan mengembang, terigu, telor, baking soda dan garam diaduk dengan menggunakan sendok. Sesudahnya, campurkan susu, ragi dan gula yang sudah mengembang ke dalam adonan ini dan aduk hingga semua tercampur (mama memilih menggunakan mixer untuk mengaduknya). Setelah semua bahan tercampur, adonan tersebut perlu dibiarkan mengembang selama kurang lebih 1 jam (minimal). Adonan akan mengembang karena ragi masih bekerja. Sesudah 1 jam, siapkan penggorengan yang sudah diolesi mentega dan setelah penggorengan siap, masukkan adonan ke dalam penggorengan dan tutup menggorengan agar bagian atas/permukaan martabak manis bisa matang bersamaan dengan bagian bawah martabak manis. Apa jadinya kalo saat martabak manis digoreng tidak diberi tutup? Yang pernah terjadi adalah martabak manis gosong di bagian bawah dan bagian permukaan tidak matang hehehe ... Jadi, menutup martabak manis yang tengah dalam proses penggorengan itu penting sekali. Sesudah martabak manis matang, siapkan topping yang dikehendaki. Jenis topping bisa sangat bervariasi mulai dari keju parut, kelapa parut (sudah tang tentunya), nangka, kismis, kacang-kacangan, coklat, meises dan apa saja yang menjadi kesukaan kita. Kali ini, mamaku menambahkan keju dan susu kental manis sebagai toppingnya. Sesudah toping diberikan, lipat martabak manis dan potong sesuai selera. Bagaimana rasanya? Lumayan hehehe ... Martabak manis yang paling enak adalah martabak yang di santap di saat masih panas. Jadi, tanpa menunggu lama, martabak manis yang dibuat mama pun ludes hehehe ... Percobaan membuat martabak manis yang kedua dianggap sukses setelah percobaan pertama berakhir dengan martabak gosong hehehe ... Gimana? Tertarik mencoba? Silahkan lho ya ... Kan bahan-bahannya mudah didapatkan? Terus juga, cara membuatnya nggak sulit ... Yang jelas, hasilnya lumayan kok ... Yuk mari dicicipi ... Help yourself ya hehehe ...
Monday, September 14, 2015
TORTILLA HALF-MOON PIZZA
Resep ini didapat dari nonton serial drama Korea. Masak sih? Iya hehehe ... Mamaku dan lumayan senang dengan aneka jenis tontonan bertemakan cooking, culinary dan food exploring; jadi nggak mengherankan banget serial drama yang memiliki plot masak-memasak menjadi salah satu yang dipilih untuk ditonton hehehe ... Dalam salah satu episode serial drama Korea yang ditontong mamaku, ada satu sajian yang sepertinya mudah dipraktekkan. Nama sajian ini adalah Tortilla Half-Moon Pizza. Melihat namanya, tentu kita bisa menebak kira-kira seperti apa sajian yang dimaksud. Ya betul ... Seperti pizza, hanya saja dough-nya (roti-nya) diganti lembaran wrap berbahan tepung jagung yang dalam episode tersebut disebut tortilla. Selain lembaran/wrap, apa lagi yang perlu dipersiapkan? Pasta tomat atau saus tomat (wajib ada untuk menu pizza hehehe ...), sayuran (bawang bombay, paprika, lettuce or anything else), isian pizza (udang atau meat atau chicken ato mushroom dan yang sejenis itu), mayonaise, keju parut dan madu. Madu? Ya ... Apa fungsi madu? Sebagai lem atau perkat. Maksudnya? Madu akan dipergunakan saat semua bahan sudah diletakkan di atas wrap dan kemudian wrap dilipat separo agar menyerupai bentuk separuh bulan. Biar wrap tidak membuka lagi, wrap dilekatkan dengan madu. Lalu, cara membuatnya bagaimana? Mula-mula isian pizza (meat atau chicken atau shrimp) bisa dimasak terlebih dahulu. Setelah isian siap, yang perlu dilakukan adalah membuka wrap, mengolesinya dengan pasta tomat, menambahkan sayuran (yang sudah diiris), memasukkan isian, menuangkan mayonaise dan memberikan keju parut. Setelah semua bahan ada di dalam wrap, lipat wrap tersebut dan rekatkan dengan madu. Mama memilih mengisi wrap di satu sisi dan kemudian sisi wrap yang lain (yang nggak ada isinya) tinggal ditutupkan di atas wrap yang ada isinya. Metodenya sih terserah saja, yang penting wrapnya nutup dan berbentuk seperti separuh bulan hehehe ... Setelah pizza tortila ini siap masuk oven, nyalakan oven dengan suhu 400 dan kemudian masukkan baki berisi pizza tortilla ke dalam oven. Lama memanggang menyesuaikan dengan kebutuhan. Mama memanggang tortilla half-moon pizza ini sekitar 7 menitan dan tentu mama juga melihat isi oven serta menyesuaikan suhu oven sejauh diperlukan, agar pizza ini tidak gosong. Ya ... Tortilla atau wrap pizza ini kan tipis, jadi, proses memanggang memerlukan kecermatan. Saat tortilla half-moon pizza keluar dari oven, bau harum segera tercium. Tanpa menunggu lama, tortilla half-moon pizza ini kami cicipi dan yay ... rasanya yamie bangent ... Jangan salah, ini menurut kami lho ya hehehe ... Yuk mari silahkan mencicipi bagi yang penasaran ...
Thursday, September 10, 2015
DINNER AT JUANITA
Hari Kamis sore, tanggal 10 September 2015, mama bersama tante Fitri janjian bertemu dengan Lori untuk makan malam bersama di salah satu warung makan. Mama sengaja memilih warung makan Juanita yang menyediakan aneka olahan Meksiko sore itu. Kenapa mama memilih warung makan ini? Karena mama belum pernah datang kesitu hehehe ... Janjian awal sih sebenranya di jam 5.30, namun kemudian dimundurkan di jam 6 sore. Saat tante Fitri dan mama sampai di Juanita, Lori nampak sudah ada di situ. Tak menunggu lama, mereka bertiga segera masuk dan menuju meja resepsionis sebelum diantar ke meja dan kursi yang kosong. Setelah mereka bertiga duduk, petugas lain datang dan membawakan buku menu. Tak lupa petugas juga menanyakan minuman apa yang dipesan mereka bertiga. Tante Fitri dan mama memilih air putih dan Lori memesan air soda (diet). Sesudahnya mereka bertiga mempelajari buku menu tersebut. Petugas kemudian datang lagi sambil membawakan chips (keripik) yang berbahan jagung. Salsa (saus khas yang biasanya disajikan bersama chips) juga diikutkan. Apakah chip jagung ini sama dengan tortilla yang biasa dijumpai di toko? Sudah tentu sama. Lalu, apa dong bedanya? Bedanya, keripik jagung di warung makan Meksiko biasanya dibuat sendiri (homemade) sementara tortilla diproduksi pabrikan. Jadi, ada sedikit perbedaan dari sisi pembuatannya. Kata mama, keripik jagung tersebut memang berbeda juga rasanya. Sambil menikmati keripik jagung dan salsa, mereka bertiga membaca buku menu yang tersedia. Sebenarnya, mama sudah membaca buku menu secara online (http://juannitas.com/menu/). Namun, mama masih belum bisa memutuskan akan memesan karena mama perlu bertanya pada tante Fitri. Apakah mama sudah pernah masuk warung makan dengan menu Meksiko sebelumnya? Sudah ... Kan aku juga sudah pernah diajak ke Chipotle (yang ini sih warung makan dengan model franchise)? Juga, mama pernah mencicipi menu di Casa Brava (dekat CVS dan di kompleks Dollar Tree) bersama tante Fitri dan tante Sonia. Kata mama, selama ini mama hanya tahu taco, burito dan nacho saja. Yang lain, mama belum pernah mencoba. Lalu, malam itu mama memutuskan untuk memesan mix and max combination (Mix any 3 tamales, tacos, enchiladas, tostadas, molotes and or taquitos of your choice served with rice and beans), tante Fitri memilih albondigas (3 large home-made authentic meatballs in a mild chipotle stew, served with rice and beans salad or juannita’s fiesta spaghetti) dan Lori memilih chicken quesadillas. Wuih ... Nama menunya seru ya hehehe ... Setelah pesanan diterima petugas, mereka ngobrol sambil menikmati chips lagi. Mama melihat-lihat isi warung makan yang didesain dengan sangat menarik dan membuat betah para pengunjung. Rasanya homey banget. Sebelum menjadi warung makan Juanita, warung makan ini dulunya adalah warung makan yang buka 24 jam. Sesudah warung makan tersebut ditutup, warung makan lain bergantian buka (termasuk tante Sonia) namun Juanita inilah yang sepertinya paling laris dan bertambah maju. Menu Meksiko yang mereka tawarkan sebenarnya nggak beda jauh dengan menu Meksiko di warung makan lain. Hanya saja, rasa makanan yang ditawarkan mungkin berbeda dari warung makan sejenis. Apakah begitu? Kata mama sih iya ... Saat pesanan mama datang, nampak kan apa yang mama pesan? Taco (wrapper terbuat dari tepung jagung) yang berisi sayuran denga sour cream di atasnya, terus ada tamales - tepung jagung yang dikukus dalam kulit jagung/klobot dan juga enchilada (mirip seperti burito tetapi tidak sama) disertai nasi goreng dan bean (kacang merah yang diblend). Wow ... Apakah yummy? Kan sudah dijawab di atas? Hehehe ... Menu yang beragam, porsi yang besar, harga standar serta interior warung makan yang homey sepertinya menjadi sebab kenapa warung makan ini banyak didatangi pengunjung. Selama hampir 60 menit mereka menikmati santap malam mereka, mereka kemudian menyudahinya di jam 7. Untukku, mama membawakan chips dan salsa hehehe ... Apakah aku dan papa mau datang ke tempat ini? Belum tahu ya hehehe ... Yang pasti, keripik jagung yang mama bawakan untukku langsung kuhabiskan bersama papa ...
Sunday, September 6, 2015
MANCING DI GRIFFY LAKE
Ini dia kegiatan yang baru-baru ini sering kulakukan bersama papa dan juga teman-teman yang lain. Apakah itu? Memancing hehehe ... Ya ... Memancing menjadi salah satu hobi baru setelah om Fasihal mengajak aku dan papa untuk memancing bareng. Awalnya, aku dan papa belum terlalu menikmati kegiatan memancing ini. Apalagi kami belum bisa menangkap ikan hehehe ... Lama-lama, kami merasakan asyiknya memancing. Dengan membeli umpan yang yang bervariasi, kami pun menggemari kegiatan ini. Lalu, apakah syarat-syarat memancing di sini? Pemancing perlu melengkapi diri dengan ijin (license) yang bisa dibeli secara online maupun dengan mendatangi toko tertentu (Wlamart atau Dick's misalnya). License seharga 17 dolar ini berlaku selama kurang lebih 1 tahun. Dengan memiliki license, pemancing bisa memancing di berbagai danau di state Indiana ini. Apakah aku perlu membeli license juga? Nggak. Aku diikutkan dalam license papaku. Jadi, dengan membayar 17 dolar, kami berdua bisa memancing dengan leluasa. Setelah license didapat, keperluan memancing yang kami perlukan berikutnya adalah kail dan juga bait (umpan). Kail sudah kami siapkan dan kami miliki sebelumnya. Satu kail kami beli dan kail yang lain kami dapatkan secara gratis dari free staff hehehe ... Untuk melengkapi kail, dieprlukan umpan yang bisa kita buat atau siapkan sendiri maupun bisa kita beli. Umpan yang kita beli, bisa berupan umpan palsu maupun umpan beneran. Na ... Om Faishal inilah yang kemudian memberitahu kami umpan apa saja yang disukai ikan. Sore itu, sepulang dari gereja, kami mampir ke Griffy Lake untuk memancing ikan. Sengaja kami datang kemari setelah pulang dari gereja karena mama ingin melihat seperti apa kegiatan memancing yang biasa kulakukan bersama papa. Kami datang menjelang jam 8 malam, jadi kami hanya memancing sebentar saja. Kami bertemu dengan om Faishal, Hannah dan om Rizal yang juga tengah asyik memancing. Aku dan papa kemudian menyiapkan kail dan umpan kami dan memulai kegiatan memancing segera mengingat matahari akan segera tenggelam. Selain kami, ada banyak pemancing yang ada di Griffy Lake ini. Ada yang berdiri di dekat kami, ada yang berdiri di jembatan, ada yang naik perahu dan memancing di tengah danau, ada yang ada di seberang jalan dan dimana saja di sekitar Griffy Lake ini. Lalu, ikan apa saja yang biasanya bisa diperoleh? Catfish, bass, bluegill dan yang sejenis. Apakah semua ikan yang berhasil dipancing kami bawa pulang? Tentu saja tidak. Ikan kecil-kecil yang memakan umpan kami tentu saja kami lepaskan kembali. Termasuk juga kura-kura atau labi-labi yang tanpa sengaja terpancing (memangsa umpan) akan langsung dikembalikan ke dalam danau. Saat matahari mulai tenggelam, kami pun memutuskan untuk berhenti memancing. Perlengkapan memancing kami bereskan dan kami pun bersiap kembali ke kendaraan. Sore ini kami tidak membawa pulang ikan. Nggak pa pa ... Kami akan mencoba lagi lain kali ...
FREE DINNER (KOREAN FOOD)
Rejeki nomplok nih ... Sepulang dari mengikuti misa di jam 6.30 sore, ada acara free dinner yang disponsori oleh komunitas Korea. Awalnya kami ragu-ragu mau ikutan, tapi kami kemudian memutuskan untuk gabung di acara makan bareng di ground floor. Tidak nampak antrian panjang di depan meja saji. Sebentar saja mengantri, kami langsung mendapatkan satu plate yang siap diisi menu pilihan kami. Ada nasi, ada kimchi, ada bulgogi, ada dumpling, ada japchae (bihun goreng), ada dessert dan juga ada minuman (setup). Petugas yang menyajikan makanan tidak asing bagi kami karena ada teman papa di sekolah dan juga kenalan orang tuaku yang sering banget kami jumpai di berbagai acara yang berhubungan dengan kegiatan budaya khususnya budaya Korea. O ya ... Satu plate Korean food yang kami terima ternyata banyak ... Sangat mengenyangkan ... Tentu kami berterima kasih atas free food sore ini. Saat mama bertanya ke petugas penyaji makanan, beberapa menu disiapkan oleh para petugas, sementara menu lain diperoleh dengan cara memesan di warung makan yang ada di Bloomington. Bagaimana rasa Korean food yang kami cicipi sore ini? Sudah pasti yamie ... Apalagi disantap di saat perut lapar hehehe ... Aku sebenarnya malas mengambil gambar acara sore ini. Tapi mama memintaku untuk mengambil makanan dan juga gambar papa dan mamaku. Kata mama, sayang banget kalo acara seperti ini tidak didokumentasikan karena tidak setiap saat kami bisa mencicipi Korean food. Seingatku, baru kali ini (setelah tinggal disini selama 5 tahun) kami mendatangi acara dinner dengan menu Korean food.
Saturday, September 5, 2015
4TH ST FESTIVAL
Yang ini sih mama dan papa yang mau liat kemeriahan 4th St Festival di hari Sabtu tanggal 5 Sepetember tahun 2015. Kebetulan banget, papa dan mama ketemu dengan om Faishal, Hana dan Baheera. Ketemu dimana? Di luar MCPL (perpustakaan kecamatan). Papa dan mamaku bertemu mereka bertiga yang sedang menuju library. Ya sudah ... Papa dan mama kemudian mengajak mereka bertiga melihat kemeriahan pameran seni yang rutin menjadi acara tahunan di jalan keempat. Lumayan ramai juga pengunjung pameran siang hari itu. Hanya saja, suhu udara lumayan menyengat sehingga mereka berlima nggak lama-lama berada di luar ruang. O ya ... Selain melihat berbagai macam barang seni yang dipamerkan atau dijual, mereka berlima juga mendatangi toko tante Sonia yang berada di jalan keempat. Toko tersebut merupakan toko tante Sonia yang menjajakan aneka jenis produk Asia (utamanya bahan pangan) termasuk makanan siap santap. Saat mereka berlima ke tempat itu, kebetulan banget ada tante Sonia yang sedang berada di tempat itu. Ya ... Kata mama, nggak biasanya tante Sonia berkegiatan di grocery store tersebut karena ada kesibukan lain yang harus dikerjakannya. Sebentar saja berada di toko tante Sonia, mereka berlima segera keluar dari situ dan melanjutkan acara jalan-jalan melihat-lihat kemeriahan acara di situ. Karena panas semakin menyengat, mereka berlima memutuskan segera menuju perpustakaan untuk ngadem hehehe ... Ngomong-ngomong, aku kutan nonton acara di jalan keempat ato nggak? Enggak ... Lho kok? Iya ... Aku memilih nggak ikutan kedua orangtuaku karena aku tahu teman-teman orkestraku sedang manggung di situ. Kok aku nggak ikut ambil bagian di acara ini? Aku kan nggak ikutan program tur yang mereka adakan (bulan Februari nanti). Mereka yang ikutan di acara kali ini adalah mereka yang sudah mendaftar untuk ikutan tur. Na ... Selain membayar iuran, fund raising juga diadakan oleh grup orkestraku. Salah satunya dengan tampil di acara ini. Selain karena nggak ikutan tur, aku nggak tahu kalo orangtuaku punya rencana menonton pameran seni ini. Aku merasa nggak siap bertemu dengan teman-teman satu grup orkestra karena aku hanya mengenakan kaos oblong tanpa lengan hehehe ... Karena alasan itulah aku memilih berada di library selama kedua orangtuaku menonton pameran ...
HIKING DI LAKE MONROE
Sabtu tanggal 5 September tahun 2015 kami bertiga menuju Lake Monroe. Ngapain kami ke tempat itu? Awalnya kami berencana kemping di salah satu camp ground disini tetapi spot sudah tidak tersedia. Ini dikarenakan minggu pertama bulan September ini merupakan minggu sibuk dan juga minggu libur panjang (long weekend). Kok bisa? Ya ... Karena hari Seninnya adalah Labor Day. Long weekend inilah yang menjadi penyebab lokasi camping penuh karena banyak camper menghabiskan waktu mereka di weekend ini. Kata mama, kalo kami mau kemping di masa sibuk begini (peak season), kami musti merencanakan jauh hari sebelumnya, karena kalau terlalu mendadak, tidak banyak tempat kemping yang masih bisa dipesan hehehe ... Kemarin sore kami mencoba walk in (langsung datang) - setelah kami gagal memesan spot kemping melalui website - namun tulisan di dekat gerbang masuk Paynetown dan juga penjelasan petugas mengindikasikan nggak tersedia lagi spot kosong weekend ini. Ya sudah ... Kami pun kemudian mengganti agenda untuk sekedar hiking dan melihat-lihat Lake Monroe. Kami berangkat dari rumah sekitar jam 9 pagi dan mulai hiking (tepatnya sih trekking)sekitar jam 9.30 pagi. Rute trekking yang tersedia pendek sekali sehingga kami memutuskan memutar 2 kali hehehe ... Kata papa, rute trekking yang kami lewati seolah nggak pernah dilalui orang. Rute ini tidak menampakkan jejak kaki dan bahkan sarang laba-laba ada di banyak tempat yang kami lalui. Kami seolah satu-satunya peserta trekking hari ini hehehe ... Selama kami melakukan trekking, kami masih bisa mendengar suara orang-orang atau pengunjung danau yang sedang ada di sekitar situ ... Maklum, area trekking yang kami datangi lokasinya dekat banget area piknik lainnya, jadi ya suara-suara pengunjung dengan jelas bisa kami dengar hehehe ... Bagaimana isi "belantara" yang kami jelajahi? Ya hampir sama dengan hutan wisata lain yang pernah kami datangi. Pohon-pohon tinggi besar menjadi pelindung kami dan juga rute yang sudah dibuat memudahkan kami untuk berjalan. Nyaris tidak ada tanjakan ataupun turunan yang tajam. Jalan setapak yang rata memudahkan kami untuk menyusuri rute ini hingga kami memutuskan menyudahi trekking pagi ini setelah menghabiskan waktu kurang lebih 30 - 45 menit di area ini. Kami kemudian pindah lokasi di area piknik Paynetown di Lake Monroe ini untuk mendinginkan badan dan menikmati bekal yang kami bawa. Sengaja kami memilih piknik di bawah pohon di dekat lake biar kami bisa melihat pemandangan lain. Kalo tadi pohon, kali ini kami melihat danau hehehe ... Kapal, jet ski, kano dan kendaraan danau lainnya menjadi pemandangan yang sayang kalau dilewatkan begitu saja. Sambil duduk di picnic table dan menikmati semilir angin yang bertiup, kami buka cooler yang kami bawa. Bekal ringan ada di dalam cooler. Apakah itu? Buah-buahan ... Ya ... Minum air putih dan makan buah-buahan rasanya memang pas banget dinikmati di saat kita selesai berolahraga di siang yang lumayan panas ini. Sambil mengamati pengunjung Paynetwon yang sedang menikmati piknik mereka, kami habiskan bekal kami. Tak perlu tergesa hehehe ... Sesudah menghabiskan bekal kami, kami pun memutuskan untuk menyudahi acara trekking pagi ini. Badan lumayan segar dan hati merasa senang ... Perut juga lumayan kenyang hehehe ... Mau kemana lagi kami? Kan hari masih siang? Rencananya kami akan ke library untuk meminjam buku. Kami pun kemudian kembali ke kendaraan dan bersiap meninggalkan kompleks Paynetown ... Ah ... Udara dari danau masih saja bertiup dan menggoda kami untuk terus bermain di situ hehehe ...
Friday, September 4, 2015
EMPEK-EMPEK
Apa lagi ini? Kalo melihat judulnya sih empek-empek hehehe ... Ya ... Kali ini mamaku mencoba membuat makanan khas Palembang yang berbahan baku ikan tersebut. Bukannya mama pernah mencoba membuat makanan khas Palembang yang berbahan ikan juga? Pernah. Waktu itu yang mama buat namanya tekwan. Mirip seperti bakso, tekwan ini juga disantap dengan menggunakan mie dan berkaldu, hanya saja bentuknya tidak seperti bakso. Lalu, apa bedanya dengan empek-empek? Empek-empek biasanya disajikan bersama dengan cuko (kuah cair berbahan gula jawa, cuka, asam dan kecap). Empek-empek juga memiliki banyak varian seperti lenjer, kapal selam, adaan dan masih banyak lagi. Na ... Yang mau dipraktekkan mamaku adalah empek-empek varian lenjer. Bahan-bahan yang perlu disediakan adalah ikan tilapia (diblend atau haluskan), tepung tapioka, telor, garam, merica, bawang putih, air dan minyak sayur. Takarannya menyesuaian kebutuhan (1 lb ikan, 1 kantong tapioka, 1 telor, 1/4 cup air dan 1/4 cup minyak sayur). Semua bahan dicampur dan kemudian dibentuk menjadi dough. Dough ini siap untuk dibentuk memanjang sesuai dengan kebutuhan. O ya ... Sebelum dough dibentuk, pastikan dough sudah tidak lagi lengket di tangan sehingga memudahkan proses kreasi yang sedang dilakukan hehehe ... Setelah semua dough dibentuk sesuai dengan keinginan, empek-empek mentah ini direbus di dalam air mendidih. Tak perlu lala direbus di dalam air mendidih, empek-empek siap untuk disajikan. Bagi yang menginginkan empek-empek langsung dipotong dan dituangi cuko, rebusan ini sudah siap disantap. Mau digoreng dulu sebelum dipotong dan disajikan dengan cuko kemudian bisa juga. O ya ... Selain cuko, bisa juga ditambahkan irisan timun dan juga bihun/mie. Terserah saja yang mana yang mau kita pilih di saat kita menyantap makanan khas Palembang ini. Bagaimana empek-empek percobaan yang dibuat mamaku? Lumayan hehehe ... Paling nggak, empek-empeknya nggak alot atau mudah ditelan hihihi ... Mama juga sengaja membentuk emepk-empek lenjer ini seukuran dua jari tangan saja sehingga tidak kelihatan terlalu besar dan bahkan kalo mau dicocol ke cuko (tanpa dipotong terlebih dahulu bisa juga dilakukan). Coba perhatikan gambar yang diposting disini ... Lumayan kelihatan kan prosesnya? Waktu yang diperlukan untuk membuat empek-empek tersebut sebenarnya tidaklah lama. Hanya saja, perlu meluangkan waktu cukup karena proses mencampur bahan hingga menjadi dough siap bentuk, perkiraan waktu tidak bisa dipastikan alias tergantung para pembuat mau dijadikan seperti apa dough yang siap bentuk tadi. Meski salah satu indikasinya adalah dough tidak lengket di tangan, bukan berarti itu menjadi satu-satunya indikasi. Rasa-rasanya, proses memasak memang juga melibatkan perasaan si chef hehehe ... Jadi, kalo chef (kita) sudah merasa mantap, ya berarti proses selanjutnya siap kita ikuti. Waduh ... Kok jadi panjang ngobrolnya? Yuk mari kita cicipi empek-empek buatan sendiri ...
Subscribe to:
Posts (Atom)